Kamis, 21 Januari 2016

Propaganda Media Paling Berpengaruh


Siapa yang tak kenal Adolf Hitler? Penguasa Jerman yang hampir menaklukkan seluruh daratan Eropa itu namanya abadi dalam sejarah peradaban dunia. Memang ia tidak dikenal sebagai seorang pahlawan atau tokoh yang berjasa, justru sebaliknya, Hitler dikenal karena kekejaman dan kediktatorannya dalam memerintah. Tapi terlepas dari itu, satu hal yang patut diakui adalah, Hitler telah berhasil menancapkan pengaruhnya yang mendalam bagi para pendukungnya. Bahkan hingga sekarang.

Ya, propaganda Hitler dengan kitab suci Main Kampf nya tak pernah mati. Ia akan selalu tumbuh sebagaimana generasi muda mengenal dan mendalami suatu sejarah. Mereka yang melihat sisi lain dari kehidupan Hitler, yang awalnya benci akan berubah menjadi kagum. Dan tahukah Anda? Bahwa Hitler ternyata merupakan produk/ciptaan para ahli propaganda yang telah mengemas seorang Hitler menjadi sosok yang harus disegani, dihormati, bahkan ditakuti oleh para pengikutnya.

Adalah Paul Joseph Goebbels, Menteri Propaganda Nazi. Orang yang berada di balik hingar bingar kemegahan Partai Nazi dengan Hitler sebagai tokoh centralnya. Sebagai seorang propagandis, Goebbels sangat disegani dan begitu disanjung oleh para ilmuwan. Pasalnya ia telah berhasil menerapkan teknik propaganda modern yang saat ini banyak ditiru oleh para penguasa dan propagandis lainnya di muka bumi. Goebbels adalah pelopor dan pengembang taktik propaganda modern yang diberi nama Argentum ad nausem atau lebih dikenal sebagai teknik Big Lie (kebohongan besar).

Prinsip dari tekniknya itu adalah menyebarluaskan berita bohong melalui media massa sebanyak mungkin dan sesering mungkin hingga kemudian kebohongan tersebut dianggap sebagai suatu kebenaran. Sederhana namun mematikan. Ia juga mempelopori penggunaan siaran radio sebagai media propaganda massal. Dengan menggunakan radio gelombang pendek yang mampu menjangkau berbagai belahan bumi, ia menyebarluaskan doktrin Nazi. Bahkan pada tanggal 18 Februari 1943, ia mengumandangkan Perang Propaganda Total demi menaikkan moral balatentara Jerman di medan perang.

Media

Jauh sebelum para ilmuwan dan para propagandis lainnya menyadari pentingnya pengaruh suatu media massa, Goebbels telah melancarkan aksi propagandanya dengan mengoptimalkan basis media massa yang berkembang saat itu. Melalui selebaran dan radio pemancar, Goebbels mempengaruhi opini publik mengenai begitu tingginya Ras Arya, bahwa Nazi dan Hitler merupakan alat untuk meraih kejayaan di dunia sehingga harus didukung penuh tanpa pengecualian. Media memang sangat ampuh untuk mempengaruhi pola pikir seseorang, mengubah penilaian dan pendapat akan suatu hal.

Kesadaran aktor politik untuk memanfaatkan media sebagai corong propaganda untuk meraih simpati dan dukungan publik dewasa ini pun kian gencar. Berbondong-bondong para calon pemimpin daerah mempromosikan dirinya lewat media, baik cetak maupun elektronik. Para aktor politik itu sadar, bahwa dalam menentukan suatu keputusan politik, masyarakat akan selalu membutuhkan refrensi.

Berdasarkan kajian psikologi, norma dan pengaruh interpersonal memberikan pengaruh terhadap sikap seseorang . Hal ini jugalah yang kemudian dimanfaatkan oleh media ketika melakukan kegiatan propaganda. Melalui berita-berita yang disiarkan, media secara tidak langsung telah memberikan referensi kepada masyarakat untuk mempengaruhi keputusan politiknya. Semakin sering berita tersebut diberikan, maka akan semakin besar pengaruh yang akan didapatkan oleh masyarakat.

Propaganda media pun sering dijadikan alat pencitraan oleh para aktor polik, masyarakat pengkonsumsi media akan disajikan tampilan dan cerita-cerita yang menarik seputar figur atau partai, dengan ditampilkan terus menerus maka tanpa sadar figur atau partai itu akan tertanam dalam benak masyarakat. Media massa menjadi sangat efektif untuk melakukan propaganda karena media massa memiliki kemampuan mempengaruhi masyarakat yang tinggi. Media dapat digunakan untuk self marketing melalui berita dan informasi yang disiarkan, misalnya pada waktu kampanye politik.

Begitu perbangaruhnya media dalam membangun opini publik maka tak heran, para tokoh politik di Indonesia juga ikut menggunakan media sebagai alat propagandanya. Seolah mengikuti jejak Hitler, para tokoh politik negeri ini menggunakan kakitangannya untuk mengusai media. Kita bisa melihat, bagaimana saat ini media televisi swasta telah dikuasai para pelaku politik untuk memperlancar kepentingan dan ambisi politiknya.

Surya Paloh dan Aburizal Bakrie adalah dua tokoh politik yang saat ini sedang sengit melancarkan "Perang Propaganda Media". Lewat televisi nasional yang mengusai pasar informasi masyarakat, mereka bersaing untuk melakukan pencitraan lewat program dan pemberitaan yang telah direkonstruksi sedemikian rupa. Menancapkan propagandanya untuk mempengaruhi masyarakat.

Taktik propaganda modern gagasan Goebbels yang diberi nama Argentum ad nausem atau lebih dikenal sebagai teknik Big Lie (kebohongan besar) itu telah benar-benar diterapkan demi meraih simpati publik. Untuk itu kiranya sebagai publik yang cerdas, masyarakat dapat memilah informasi dan kritis terhadap suatu persoalan. Tidak mudah menerima begitu saja, agar propaganda yang dihadirkan kepada masyarakat dapat menjadi suatu pilihan politik yang tepat sesuai dengan hati nurani.

Di era informasi sekarang ini, cari kebenarannya melalui internet. Pertimbangkan kebenaran dari setiap sudut pandang argumen yang diberikan, sebelum ANDA MEMUTUSKANNYA SENDIRI. Sebaiknya anda lebih banyak mematikan televisi. Terlalu banyak kebohongan yang ditayangkan televisi.


sumber: analisadaily.com
Klik menu BERANDA dan temukan info-info menarik lainnya mengenai Islam

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Pemaparan Resolusi PayTren 2016

1. Grand Lounching dengan judul PayTren Vaganza akan dilaksanakan di TV One pada tanggal 27 maret 2016. Dan seminggu sekali rutin puku...