Siapa yang tak kenal
Adolf Hitler? Penguasa Jerman yang hampir menaklukkan seluruh daratan Eropa itu
namanya abadi dalam sejarah peradaban dunia. Memang ia tidak dikenal sebagai
seorang pahlawan atau tokoh yang berjasa, justru sebaliknya, Hitler dikenal karena
kekejaman dan kediktatorannya dalam memerintah. Tapi terlepas dari itu, satu
hal yang patut diakui adalah, Hitler telah berhasil menancapkan pengaruhnya
yang mendalam bagi para pendukungnya. Bahkan hingga sekarang.
Ya, propaganda Hitler dengan kitab suci Main Kampf nya tak pernah mati. Ia akan selalu tumbuh sebagaimana generasi muda mengenal dan mendalami suatu sejarah. Mereka yang melihat sisi lain dari kehidupan Hitler, yang awalnya benci akan berubah menjadi kagum. Dan tahukah Anda? Bahwa Hitler ternyata merupakan produk/ciptaan para ahli propaganda yang telah mengemas seorang Hitler menjadi sosok yang harus disegani, dihormati, bahkan ditakuti oleh para pengikutnya.
Ya, propaganda Hitler dengan kitab suci Main Kampf nya tak pernah mati. Ia akan selalu tumbuh sebagaimana generasi muda mengenal dan mendalami suatu sejarah. Mereka yang melihat sisi lain dari kehidupan Hitler, yang awalnya benci akan berubah menjadi kagum. Dan tahukah Anda? Bahwa Hitler ternyata merupakan produk/ciptaan para ahli propaganda yang telah mengemas seorang Hitler menjadi sosok yang harus disegani, dihormati, bahkan ditakuti oleh para pengikutnya.
Adalah Paul Joseph Goebbels, Menteri Propaganda Nazi.
Orang yang berada di balik hingar bingar kemegahan Partai Nazi dengan Hitler
sebagai tokoh centralnya. Sebagai seorang propagandis, Goebbels sangat disegani
dan begitu disanjung oleh para ilmuwan. Pasalnya ia telah berhasil menerapkan
teknik propaganda modern yang saat ini banyak ditiru oleh para penguasa dan
propagandis lainnya di muka bumi. Goebbels adalah pelopor dan pengembang taktik
propaganda modern yang diberi nama Argentum ad nausem atau lebih dikenal
sebagai teknik Big Lie (kebohongan besar).
Prinsip dari tekniknya itu adalah menyebarluaskan
berita bohong melalui media massa sebanyak mungkin dan sesering mungkin hingga
kemudian kebohongan tersebut dianggap sebagai suatu kebenaran. Sederhana namun
mematikan. Ia juga mempelopori penggunaan siaran radio sebagai media propaganda
massal. Dengan menggunakan radio gelombang pendek yang mampu menjangkau
berbagai belahan bumi, ia menyebarluaskan doktrin Nazi. Bahkan pada tanggal 18
Februari 1943, ia mengumandangkan Perang Propaganda Total demi menaikkan moral
balatentara Jerman di medan perang.
Media
Jauh sebelum para ilmuwan dan para propagandis lainnya
menyadari pentingnya pengaruh suatu media massa, Goebbels telah melancarkan
aksi propagandanya dengan mengoptimalkan basis media massa yang berkembang saat
itu. Melalui selebaran dan radio pemancar, Goebbels mempengaruhi opini publik
mengenai begitu tingginya Ras Arya, bahwa Nazi dan Hitler merupakan alat untuk
meraih kejayaan di dunia sehingga harus didukung penuh tanpa pengecualian.
Media memang sangat ampuh untuk mempengaruhi pola pikir seseorang, mengubah
penilaian dan pendapat akan suatu hal.
Kesadaran aktor politik untuk memanfaatkan media
sebagai corong propaganda untuk meraih simpati dan dukungan publik dewasa ini
pun kian gencar. Berbondong-bondong para calon pemimpin daerah mempromosikan
dirinya lewat media, baik cetak maupun elektronik. Para aktor politik itu
sadar, bahwa dalam menentukan suatu keputusan politik, masyarakat akan selalu
membutuhkan refrensi.
Berdasarkan kajian psikologi, norma dan pengaruh
interpersonal memberikan pengaruh terhadap sikap seseorang . Hal ini jugalah
yang kemudian dimanfaatkan oleh media ketika melakukan kegiatan propaganda.
Melalui berita-berita yang disiarkan, media secara tidak langsung telah
memberikan referensi kepada masyarakat untuk mempengaruhi keputusan politiknya.
Semakin sering berita tersebut diberikan, maka akan semakin besar pengaruh yang
akan didapatkan oleh masyarakat.
Propaganda media pun sering dijadikan alat pencitraan
oleh para aktor polik, masyarakat pengkonsumsi media akan disajikan tampilan
dan cerita-cerita yang menarik seputar figur atau partai, dengan ditampilkan
terus menerus maka tanpa sadar figur atau partai itu akan tertanam dalam benak
masyarakat. Media massa menjadi sangat efektif untuk melakukan propaganda
karena media massa memiliki kemampuan mempengaruhi masyarakat yang tinggi.
Media dapat digunakan untuk self marketing melalui berita dan informasi yang
disiarkan, misalnya pada waktu kampanye politik.
Begitu perbangaruhnya media dalam membangun opini
publik maka tak heran, para tokoh politik di Indonesia juga ikut menggunakan
media sebagai alat propagandanya. Seolah mengikuti jejak Hitler, para tokoh
politik negeri ini menggunakan kakitangannya untuk mengusai media. Kita bisa
melihat, bagaimana saat ini media televisi swasta telah dikuasai para pelaku
politik untuk memperlancar kepentingan dan ambisi politiknya.
Surya Paloh dan Aburizal Bakrie adalah dua tokoh
politik yang saat ini sedang sengit melancarkan "Perang Propaganda
Media". Lewat televisi nasional yang mengusai pasar informasi masyarakat,
mereka bersaing untuk melakukan pencitraan lewat program dan pemberitaan yang
telah direkonstruksi sedemikian rupa. Menancapkan propagandanya untuk
mempengaruhi masyarakat.
Taktik propaganda modern gagasan Goebbels yang diberi
nama Argentum ad nausem atau lebih dikenal sebagai teknik Big Lie (kebohongan
besar) itu telah benar-benar diterapkan demi meraih simpati publik. Untuk itu kiranya
sebagai publik yang cerdas, masyarakat dapat memilah informasi dan kritis
terhadap suatu persoalan. Tidak mudah menerima begitu saja, agar propaganda
yang dihadirkan kepada masyarakat dapat menjadi suatu pilihan politik yang
tepat sesuai dengan hati nurani.
Di era informasi sekarang ini, cari kebenarannya
melalui internet. Pertimbangkan kebenaran dari setiap sudut pandang argumen
yang diberikan, sebelum ANDA MEMUTUSKANNYA SENDIRI. Sebaiknya anda lebih banyak
mematikan televisi. Terlalu banyak kebohongan yang ditayangkan televisi.
sumber: analisadaily.com
Tidak ada komentar:
Posting Komentar